Kamis, 19 Desember 2013

PENERIMAAN DIRI


DASAR TEORI

1.        Pengertian Penerimaan Diri
Penerimaan diri menurut Rogers dalam Aryanti (2003) adalah orayang selalu terbuka terhadap setiap pengalaman serta mampu menerima setiap masukan dan kritikan dari orang lain. Ketidak mampuan menerima diri apa adanya dan segala keunikannya karena adanya perasaan suasana hati yang tertekan. Keadaan tertekan ini akan membuat individu merasa pesimis.
Menerima diri sebagaimana adanya adalah suatu tahapan yang harus dilakukan karena akan membantu dalam menyesuaikan diri aspek dari kesehatan mental sebagaimana pendapat Partosuwido dalam Helmi (1998) tentang kriteria orang yang bermental sehat, yaitu:
a.       Memiliki pandangan yang sehat terhadap kenyataan (diri dan sekitarnya)
b.      Mampu menyesuaikan diri dalam segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan.
c.       Dapat mencapai kepuasan pribadi dan ketenangan hidup tanpa merugikan orang lain.
Menurut Helmi (1998) penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengaku karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidup.
Menurut Chaplin (2004) penerimaan diri atau self acceptance adalah sikap yan gmerupakan cerinan dari perasaan puas terhadap diri sendiri, dengan kualitas-kualitas dan bakat-nakat diri serta pengakuan akan keterbatasan yang ada pada diri. Sedangkan menurut Maslow dalam Helmi (1995) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah kemampuan individu untuk hidup dengan segala kekhususan diri yang didapat melalui pengenalan secara utuh.
Sartain dalam Andromeda (2006) mendefinisikan penerimaan diri sebagai kesadaran seseorang untuk menerima dirinya sebagaimana adanya dan memahami dirinya seperti apa adanya.
Jadi, penerimaan diri adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan rasa senang dan puas akan dirinya, menerima keadaan diri, fakta, realitas, baik secara fisik maupun psikis dengan segala kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri tanpa ada rasa kecewa dan berudaha mengembangkan diri seoptimal mungkin.

2.        Aspek Penerimaan Diri
Pada umumnya, individu dengan penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktifitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh berarti individu tersebut mampu menerima secara positif aspek-aspek dalam diri, Grinder dalam Parista (2008), aspek-aspek penerimaan diri meliputi:
a.         Aspek Fisik
Tingkat penerimaan diri secara fisik, tingkatan kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan menggambarkan penerimaan fisik sebagai suatu evaluasi dan penilaian diri terhadap raganya, apakah raga dan penampilannya menyenangkan atau memuaskan untuk diterima atau tidak.

b.         Aspek Psikis
Aspek psikis meliputi pikiran, emosi dan perilaku individu sebagai pusat penyesuaian diri  (Calhoun & Acocella, 1990). Individu yang dapat menerima dirinya secara keseluruhan serta memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan lingkungan.

c.         Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu yang diambil sebagai responnsecara umum terhadap orang lain dan masyarakat (Calhoun & Acocella, 1990). Individu menerima dirinya secara sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain sehingga individu mampu menempatkan dirinya sebagaimana orang lain mampu menempatkan dirinya.

d.        Aspek Moral
Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan struktur pemikiran individu dimana individu mampu mengambil keputusan secara bijakn serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan atau tindakan yang telah diamilnya berdasarkan konteks sosial yang telah ada Grinder dalam kinayungan (2008).

3.        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Harlock (1974) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan diri antara lain:
a.         Adanya Pemahaman Tentang Diri Sendiri
Hal ini timbul karena adanya kesempatan seseorang untuk mengenalikemampuan dan ketidakmampuannya. Individu yang dapat memahami dirinya tidak akan hanya tergantung pada intelektualnya, tetapi juga pada untuk penemuan diri sendiri, maksudnya semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya.

b.         Adanya Hal yang Realistik
Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapannya yang sesuai dengan pemahaman dan kemampuannya, serta bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Hal ini akan menimbulkan kepuasan tersendiri bagi individu dan merupakan hal penting dalam penerimaan diri.

c.         Tidak Adanya Hambatan Dalam Lingkungan
Walaupun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi jika lingkungan tidak mendukung  dan tidak memberi kesempatan bahkan menghalangi individu tersebut, maka harapan individu tersebut akan sulit tercapai.

d.        Sikap-Sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan
Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan tidak akan menimbulkan prasangka dan kecemasan, karena adanya penghargaan terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesediaan individu mengikuti kebiasaan lingkungan.

e.         Tidak Adanya Gangguan Emosional yang Berat
Dengan tidak adanya emosi yang berat, akan tercipta individu yang dapat bekerja dengan baik dan merasa bahagia dengan apa yang dikerjakan.

f.          Pengaruh Keberhasilan yang Dialami, Baik Secara Kualitatif dan Kuantitatif
g.         Identifikasi Orang yang Memiliki Penyesuaian Diri yang Baik
Individu yang mengindentifikan dengan individu lain yang mempunyai penyesuaian yang baik, maka individu tersebut dapat pula bertingkah laku sesuai dengan yang dicontohnya.

h.         Pola Asuh Masa Kecil yang Baik
Seorang anak dengan pola asuh demokratis akan cenderung berkembang sebagai Individu yang dapat menghargai dirinya sendiri.

i.           Konsep Diri yang Stabil
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan sulit menunjukkan pada orang lain siapa dia sebenarnya, sebab dia sendiri ambivalen dengan dirinya sendiri.



4.        Karakteristik Individu yang Memiliki Penerimaan Diri
Sheere dalam Cronbach (1963) ciri-ciri seseorang yang mau menerima diri adalah:
1.      Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupannya.
2.      Menganggap dirinya berharga sebagai seseorang manusia yang sederajat dengan orang lain.
3.      Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.
4.      Menerima celaan dan pujian secara onjektif.
5.      Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimilikinya ataupun mengingkari kelebihannya.
Sedangkan menurut Allport dalam Hjelle & Zeigler (1992) ciri-ciri seseorang yang mau menerima diri yaitu sebagai berikut:
1.         Memiliki gambaran positif tentang dirinya
2.         Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya.
3.         Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi orang yang memberi kritik/masukan.
4.         Dapat mengatur keadaan emosi

5.        Dampak Adanya Penerimaan diri
Harlock (1974) menjelaskan bahwa semakin baik seseorang dapat menerima dirinya, mala akan semakin baik pula penyeseuaian diri dan sosialnya. Harlock (1974) membagi dampak dari penerimaan diri dalam 2 kategori, yaitu:
a.         Dalam penyesuaian diri.
Orang yang memiliki penyesuaian diri, mampu mengenali kelebihan dan kekurangannya. Salah satu karakteristik dariorang yang mempunyai penyesuaian diri yang baik adalah lebih mengenali kelebihan dan kekurangannya, biasanya memiliki keyakinan diri. Selain itu juga lebih dapat menerima kritik, dibanding dengan orang yang kurang dapat menerima dirinya. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga dapat menggunakan semua potensinya secara efektif.

b.         Dalam penyesuaian sosial
Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan dari orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk berempati pada orang lain. Dengan demikian, orang yang memiliki penerimaan diri dapat menyesuaikan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri atau merasa tidak adekuat sehingga cnderung untuk bersikap berorientasi pada dirinya sendiri.

6.        Cara Penerimaan Diri
Menurut Basow (1992) penerimaan individu yang baik dapat dinilai dari kesamaannya. Individu dengan mental yang sehat akan memandang dirinya disukai orang, berharga dan diterima orang lain atau lingkungannya.  
Menurut Suprakti (1995) penerimaan diri ada lima, yaitu reflected self acceptance, basic self acceptance, conditional self acceptance, self evaluation, real idea icomparison, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a.       Reflected Self Acceptance
Jika orang lain menyukai diri kita maka kita akan cenderung untuk menyukai diri kita juga.
b.      Basic Self Acceptance
Perasaan yakin bahwa dirinya tetap dicintai dan diakui oleh orang lain walaupun tidak mencapai patokan yang diciptakannya oleh orang lain terhadap dirinya.
c.       Conditional Self Acceptance
Penerimaan diri yang didasarkan pada seberapa baik seseorang memenuhi tuntutan dan harapan orang lain terhadap dirinya.


d.      Self Evaluation
Penelitian seseorang tentang seberapa positifnya berbagai atribut yang dimiliki orang lain yang sebaya dengan seseorang membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain yang sebaya dengannya.
e.       Real Idea Icomparison
Derajat kesesuaian antara pandangan seseorang mengenai diri yang sebenarnya dan diri yang diciptakan yang membentuk rasa berharga terhadap dirinya sendiri.

7.        Penerimaan Diri “Pelacur”
Menurut Hurlock (1973) kebebasan dari hambatan lingkungan merupakan salah satu kondisi yang dapat mengarahkan pada pembentukan penerimaan diri. Menurut Hjelle dan Zeigler (1976), penerimaan diri merupakan ciri kepribadian yang masak. Individu yang menerima dirinya sehingga dia mampu untuk menghadapi kegagalan atau kejadian yang menjengkelkan tanpa rasa marah atau memiliki sikap yang bermusuhan.
Rogers (1987) menegaskan bahwa penerimaan diri berbentuk dari pengertian terhadap kemampuan-kemampuan berdasarkan nilai-nilai sosial yang ada. Kemampuan penerimaan diri didasarkan pada tanggung jawab yang positif mengenai dirinya dan kehidupannya. Hal ini berkaitan dengan pendapat Walgito (1994) yang mengatakan bagaimanapun hubungan antara individu dengan lingkungannya terutama lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah, dalam arti bahwa hanya lingkungan saja mempunyai pengaruh  terhadap individu, tetapi antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan timbal balik. Penilaian positif terhadap keadaan fisik seseorang sangat membantun perkembangan sikap penerimaan diri ke arah yang positif. Hal ini disebabkan penilaian positif akan membuat rasa puas terhadap keadaan diri, dan rasa puas ini merupakan awal sikap positif terhadap dirinya dan diri orang lain. Dengan demikian maka arah pembentukan penerimaan diri pada pelacur berhubungan dengan bagaimana penyesuaian terhadap tuna susila dalam masyarakat.

8.        Proses Penerimaan Diri
Proses penerimaan diri umumnya diterangkan melalui pengertian konsep diri. Menurut Wallis dalam Suliatiani (1992), konsep ini adalah pendangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya dan sebagai bekal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Melalui konsep diri akan membantu individu melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan akan membantu melakukan evaluasi diri. Evaluasi diri mengarah ke penerimaaan diri atau kemampuan untuk menghargai diri sendiri secara objektif.
Pujijogyanti menjelaskan bahwa segala bentuk sanjungan, senyuman, pujian dan pengahargaan positif akan menyebabkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan orang laun, sedangkan ejekan, comoohan dan hardikan akan menyebabkan pemikiran negatif pada diri sendiri.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penerimaan diri diawali dari intropeksi, evaluasi serta penilaian terhadap diri sendiri melalui interaksi denga lingkungan atau orang lain.

9.        Ciri-ciri Penerimaan Diri
Rubin (1974) menjelaskan penerimaan diri merupakan karakteristik yang paling dalam menerangkan secara luas mengapa seseorang berfungsi secara baik. Hal tersebut ditampilkan dalam kemampuan mengatasi perasaan bila mengalami kegagalan dan sadar bahwa manusia mempunyai keterbatasan dan kelemahan.
Ciri-ciri yang menonjol pada individu yang menerima dirinya sendiri menurut Sheerer dalam Cronbach (1963) yaitu:
a.         Mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan
b.         Menganggap dirinya berharga sebagai manusia
c.         Tidak menganggap dirinya aneh/abnormal dan tidak mengharapkan orang lain menolak dirinya.
d.        Tidak malu dan hanya memperhatikan dirinya.
e.         Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya
f.          Dalam berperilaku mempergunakan norma dirinya
g.         Menerima pujian dan celaan secara objektif
h.         Tidak menyalahkan dirinya akan keterbatasan yang dimiliki ataupun mengingkari kenyataan.

12 komentar:

  1. ulasannya menarik, lengkap dan jelas..
    kalo boleh tau sumber teorinya dpt dari mana ya? daftar pustakanya?

    BalasHapus
  2. Nice sharingnya, kalau boleh tau, sumber teori2 yang tertulis di artikel dari mana saja ya?

    BalasHapus
  3. Bgus bgt isinya, klo bleh share sumber bukunya dnk?

    BalasHapus
  4. Bgus bgt isinya, klo bleh share sumber bukunya dnk?

    BalasHapus
  5. kak, boleh minta dapusnya ga??
    ini artikelnya sangat membantu,

    kalo kakak berkenan tolong kirimkan ke chacha2001.cc@gmail.com

    BalasHapus
  6. daftar pustakanya dong mba bisa di email dong titintitin28@ymail.com

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. bagus ,boleh minta daftar pustakanya ka tolong email yah untuk bahan skripsi juga febb.fitri@gmail.com

    BalasHapus